Senin, 18 September 2017

Makalah Gempa Bumi

Makalah Gempa Bumi

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
      Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya. Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup penghuninya termasuk manusia. Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk pengetahuan mengenai gempa bumi dan cara memprediksinya. 
     Indonesia adalah pertemuan rangkaian sirkum mediterania dan rangkaian sirkum pasifik dengan proses  peembentukan gunung yang masih berlangsung .Oleh sebab itu ,di Indonesia banyak terjadi gempa bumi . Korban jiwa yang di timbulkan dari gempa bumi ini mengalami peningkatan dari sekian gempa yang terjadi (gempa-gempa besar), hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap gempa dan cara penanggulanganya, oleh karena itu kami menyusun makalah ini unutk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap gempa, serta cara penanggulanganya dan mitigasi yang baik dan benar.

Rumusan masalah
1.Bagaimana pengertian gempa bumi ?
2. Apa penyebab terjadi gempa bumi berdasarkan penyebab terjadinya gempa ?
3. Bagaimana proses perambatan Gempa Bumi ?
4. Apa penyebab terjadinya gempa ?

Tujuan penulisan
1. Untuk mengertahui pengertian gempa bumi
2. Untuk mengertahui penyebab terjadinya gempa berdasarkan penyebab
terjadinya gempa
3. untuk mengetahui bagaimana proses perambatan gempa bumi
4. Untuk mengertahui apa penyebab terjadinya gempa bumi


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Gempa Bumi

      Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang di sebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi.Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum.Daerah permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut episentrum.

 


      Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran kulit bumi secara tiba-tiba,bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi. Gempa bumi di sebabkan adanya pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam kulit bumi secara tiba-tiba.Gempa bumi termasuk bagian dari tenaga endogen yang merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu membangun tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu tektonisme dan vulkanisme.







Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
    berdasarkan penyebab terjadinya gempa di klasifikan sebagai berikut:
Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
 

Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi
 

 
Gempa bumi runtuhan
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
 
Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
 
Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
 
Ledakan Nuklir
  Gempa ini terjadi di sebabkan oleh peledakan nuklir. Pada umumnya
peristiwa ini terjadi pada Negara-negara yang sedang perang atau yang melakukan percobaan hasil rakitnya. Kekuatan gempa ini tergantung dari kekuatan dari hantaman nuklir tersebut.
 

Berdasarkan Kedalaman
Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi).Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi.Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Proses Perambatan Gempa Bumi
   Proses perambatan gempa bumi melalui tiga cara macam yaitu:
 
1.    Getaran Longitudinal (Merapat-merenggang) 
     Yaitu getaran yang berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi. Kecepatan getaran ini besar sekali yakni 7-14 km/jam.. Getaran ini datang paling awal dan merupakan getaran pendahuluan yang pertama. Itulah sebabnya di sebut juga getaran primer. Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
 
2.    Getaran Tranversal (naik turun) 
     Getaran ini berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui bagian dalam bumi. Kecepatan getaran ini antara 4-7km/jam.Getaran ini datang setelah getaran longitudinal, dan merupakan getaran pendahuluan kedua. Itulah disebut getaran sekunder (s). Getaran ini belum menimbulkan kerusakan.
 
3.    Getaran Gelombang Panjang
    Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi. Kecepatan getaran ini antara 3,8 - 3,9 km/jam. Getaran ini dating paling ahir, tetapi merupakan getaran pokok. Getaran inilah yang menimbulkan kerusakan.

Penyebab terjadinya gempa
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak.Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut.Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Sejarah gempa bumi besar pada abad ke 20 dan 21

6 April 2016. Gempa bumi di Garut, Jawa Barat, berkekuatan 6,1 skala Richter.
2 Maret 2016. Gempa bumi di Mentawai, berkekuatan 7,8 skala Richter. Pusat gempa berada 682 km barat daya kepulauan Mentawai dengan kedalaman 10 km.[1] Gempa ini berpotensi Tsunami dari Aceh hingga Lampung.[2]
2 Juli 2013. Gempa Bumi Sumatra 2013 di sepanjang NAD berskala 6.2 SR
11 April 2012. Gempa bumi di sepanjang Pulau Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi sampai Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
11 Maret 2011. Gempa Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala 9,0 Skala Richter yang sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa ini juga menimbulkan gelombang tsunami di sepanjang pesisir timur Jepang
26 Oktober 2010. Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan tsunami.
16 Juni 2010. Gempa bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.
7 April 2010. Gempa bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya berpusat 60 km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
27 Februari 2010. Gempa bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
12 Januari 2010. Gempa bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
30 September 2009. Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
2 September 2009. Gempa tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat
3 Januari 2009. Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter di Papua.
12 Mei 2008. Gempa bumi berkekuatan 7,8 Skala Richter di Provinsi Sichuan, China. Menyebabkan sedikitnya 80.000 orang tewas dan jutaan warga kehilangan tempat tinggal.
12 September 2007. Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
9 Agustus 2007. Gempa Bumi 7,5 Skala Richter
6 Maret 2007. Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [3].
27 Mei 2006. Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survei melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
8 Oktober 2005. Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
26 Desember 2004. Gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utarasekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
26 Januari 2004. Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang India dan merenggut lebih dari 3.420 jiwa.
26 Desember 2003. Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
21 Mei 2002, di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
26 Januari 2001, India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
21 September 1999, Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban tewas.
17 Agustus 1999, barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
25 Januari 1999, barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
30 Mei 1998, di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
17 Januari 1995, di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
30 September 1993, di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang.
12 Desember 1992, di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan 2.500 orang.
21 Juni 1990, di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
7 Desember 1988, barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
19 September 1985, di Meksiko Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa.
16 September 1978, di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
4 Maret 1977, Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570 korban jiwa, di antaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (Bucureşti).
28 Juli 1976, Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
4 Februari 1976, di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh.
29 Februari 1960, di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
26 Desember 1939, wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas.
24 Januari 1939, di Chillan, Chili dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
31 Mei 1935, di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
1 September 1923, di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.

Akibat Yang Ditimbulkan Gempa
 
1.    Dampak fisik
Bangunan roboh 
Kebakaran
Jatuhnya korban jiwa
Tanah lonsor akibat goncangan
permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
Banjir akibat rusaknya tanggul
Gempa dasar laut menyebabkan tsunami

2.    Dampak sosial
Kemiskinan 
Kelaparan
Menimbulkan penyakit
Bila pada skla yang besar(menimbulkan tsunami yang besar) dapat Melumpuhkan politik, system ekonomi dll







BAB III
MITIGASI BENCANA GEMPA

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Mitigasi Struktural
       Antara lain sebagai berikut :
Harus di bangun dengan konstruksi tanah getaran atau gempa khususnya di daerah rawan gempa. 
Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar atau kualitas bangunan 
Pembangunan fasilitas umum dengan kewalitas tinggi
Perkuatan bangunan vital yang telah ada
Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pegunungan lahan 
Rencan penampatan pemukiman unrtuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi
Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara – cara penyelamatkan diri jika terjadi gempa bumi
Ikut serta dalam perlatihan program, upaya penyalamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, perlatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
Persiapan alat pemadam kebakaran, dan peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
Rencan kontijusi / sedaruratan untuk melatih anggota pelage dalam menghadapi gempa bumi
Membentuk kelompok aksi penyelamatan bencana dengan perlatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama
Persiapan alat kebakaran, peralatan penggalian dan alat perlindungan masyarakat lainnya

Bila berada di dalam rumah:

Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur.
Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela.
Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding dan sebagainya.

Bila berada di luar ruangan:

Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan sebagainya.
Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
Jauhi rak-rak dan kaca jendela.

Bila berada di dalam ruangan umum:

Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.

Bila sedang mengendarai kendaraan:

Segera hentikan di tempat yang terbuka.
Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan penyeberangan.

Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall:

Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.
Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.

Bila sedang berada di dalam lift:

Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat.
Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.


Bila sedang berada di dalam kereta api:

Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan

Bila sedang berada di gunung/pantai:

Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman.
Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.

Beri pertolongan:

Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar Anda.

Evakuasi:

Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempa bumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. Bawalah barang-barang secukupnya.

Dengarkan informasi:

Saat gempa bumi terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi yang tidak jelas.




BAB IV
(STUDI KASUS:GEMPA BUMI PADANG – SUMATERA BARAT)
30 SEPTEMBER 2009

 

1. Kondisi Pasca Bencana
Kondisi pasca bencana adalah keadaan suatu wilayah dalam proses pemulihan setelah terjadinya bencana. Pada kondisi ini dipelajari langkah apa yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait dalam hal upaya untuk mengembalikan tatanan masyarakat seperti semula sebelum terjadinya bencana. Beberapa hal yang dipelajari dalam kondisi pasca bencana ini adalah kecepatan dan ketepatan terutama dalam hal:
1. Penanganan korban (pengungsi)
2. Livelyhood recovery
3. Pembangunan infrastruktur
4. Konseling trauma
5. Tindakan-tindakan preventif ke depan
6. Organisasi kelembagaan
7. Stakeholders yg terlibat
Dalam hal ini, dipelajari kebijakan pembangunan apa yang telah dilakukan sehingga secara positif turut mencegah/menghambat terjadinya bencana, serta kebijakan pembangunan apa yang telah dilakukan sehingga secara negatif turut memacu/menyebabkan timbulnya bencana. Ruang lingkup studi ini meliputi kajian berbagai aspek penanggulangan bencana alam yang terjadi di Indonesia, Fase pasca bencana: meliputi penanggulangan korban (misalnya pengungsi), pendanaan, rehabilitasi bangunan, rekonstruksi fisik dan non fisik, organisasi dan kelembagaan, dan social capital (Sunarti, 2009).

2. Manajemen Pasca Bencana
Manajemen pemulihan (pasca bencana) adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenyanya yaitu :
a)      Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
b)      Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

3.       Manajemen Risiko Gempa Bumi
Manajemen risiko gempa bumi dapat dilakukan melalui beberapa cara di bawah ini (Asian Institute of Technology, 2005 dalam Widiyati, 2008) :
a. Pengaturan ruang :
1. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang aman dari gempa bumi, antara lain melalui analisis jenis tanah dan struktur geologi.
2. Mengalokasikan perumahan dan fasilitas umum yang vital (rumah sakit, sekolah, pemadam kebakaran, dan sebagainya) pada area yang aman dari gempa bumi.
Merujuk UU No 24 Tahun 2007, ada hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam upaya mencegah, atau mengurangi resiko timbulnya bencana, yaitu penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana. Setiap kebijakan pembangunan harus mempertimbangkan pertama, dampak negatif dari kegiatan pembangunan dan kemungkinannya yang kelak dapat menimbulkan bencana, dan kedua, pembangunan bervisi bencana (disaster awareness).
b.  Pengembangan sistem informasi dan keteknikan :
1. Mengembangkan teknik konstruksi tahan gempa bumi untuk fasilitas umum maupun rumah penduduk, berupa penggunaan bangunan dari kayu dan bahan ringan
2. Verifikasi kapabilitas bendungan dan pekerjaan rekayasa untuk menahan kekuatan gempa bumi.
3.  Mengkaji ulang kesempurnaan bangunan fasilitas penting (rumah sakit, sekolah, instalasi komunikasi, dan sebagainya) dan menyempurnakannya jika perlu.
4. Merencanakan alternatif cadangan air.
5. Menyiapkan sistem komunikasi emergensi dan pesan-pesan kepada khalayak umum menyangkut keamanan mereka.
c. Peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat :
1.    Penyebaran informasi untuk meningkatkan kesiapan masyarakat, isinya mencakup: penyebab gempa, tanda peringatannya; risiko gempa, cara meminimasi kerentanan pribadi; serta yang harus dilakukan saat gempa, melalui latihan evakuasi, serta penyebaran poster yang komunikatif dengan bahasa yang sederhana.
2.    Memperkenalkan teknik konstruksi yang sudah diperbaiki kepada masyarakat.
3.    Menyebarkan poster atau brosur kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah difahami, yang memuat informasi berikut :
-     Pengenalan tempat yang aman dan berbahaya di rumah/bangunan umum.
-     Tidak menyalakan korek api, lampu listrik, dan kompor gas (mencegah ledakan andai ada kebocoran gas)
-     Tindakan yang diperlukan di dalam rumah/bangunan, seperti mengaitkan benda berat di dalam rumah (misalnya lemari), melepas hiasan dinding yang besar dari dinding di dekat tempat tidur.
-     Menyiapkan helm, peluit, dan senter.
-     Menyiapkan jalur keluar darurat yang aman.
-     Tidak berlari menuju tempat tinggi yang berpotensi longsor, tidak berlindung di bawah tiang, pohon besar dan menara, menghindari tempat yang berbau gas.
-     Jika dekat laut, mengenali tempat tinggi yang stabil dan aman dari kemungkinan tsunami yang mengiringi gempa.
c. Kelembagaan :
1.  Menggunakan paket insentif untuk memindahkan bangunan yang tidak/kurang aman ke lokasi yang lebih aman.
2.  Memberi insentif pada masyarakat yang memakai konstruksi bangunan yanglebih aman, mendorong dan mengarahkan pembangunan di area yang lebih aman melalui pengawasan penggunaan lahan, penerapan standar-standar dan undangundang bangunan, penerapan perpajakan yang masuk akal, pinjaman, atau subsidi.
3.  Melatih tim-tim operasi SAR dan menjamin cepat tersedianya peralatan deteksi.
4. Melatih personil menghadapi trauma.
5. Koordinasi dengan organisasi sukarela.
       
4. Studi Kasus: Gempa Bumi Padang-Sumatera Barat

Kronologi Bencana Gempa Bumi Padang-Sumatera Barat

Bencana gempa bumi Padang adalah gempa yang terjadi dengan kekuatan 7,6 skala richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB pada tanggal 30 September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Sebanyak 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat yang mengalami dampak gempa tersebut.Kota Padang mendapatkan akibat bencana dengan korban 383 orang meninggal dunia dan 1.202 orang mengalami luka-luka (Hadiguna, 2012). Korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, & 78.604 rumah rusak ringan.
Upaya untuk mencapai kota Padang cukup susah akibat terputusnya komunikasi. Korban tewas akibat gempa terus bertambah, hingga tanggal 4 Oktober 2009, angka resmi yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB) adalah 603 orang korban tewas dan 343 orang dilaporkan hilang. Pertolongan yang sangat dibutuhkan oleh korban gempa terutama adalah kekurangan obat-obatan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi, serta mengevakuasi korban lainnya. Menurut Hadiguna (2012), dampak dari bencana gempa dapat dikurangi dengan pendekatan penanggulangan pasca bencana (disaster response). Dalam penanggulangan bencana diperlukan koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien dan terpadu agar kerugian jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir
            a) Reassess Response Plans (Mengkaji Rencana Respon)
Indonesia tidak jarang terjadi bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, seperti yang terjadi di Kota Padang-Sumatera Barat.Sebagai suatu negara yang rawan bencana seharusnya pemerintah Indonesia berusaha untuk mengurangi resiko pasca bencana.Upaya mengurangi resiko dari bencana ini diwujudkan dengan merencanakan ruang evakuasi. Perencanaan tersebut dapat direalisasikan dengan memanfaatkan ruang terbuka hijau kota sebagai ruang evakuasi bencana. RTH (ruang terbuka hijau) dapat dimanfaatkan sebagai ruang evakuasi masyarakat dari ancaman bencana gempa bumi di Kota Padang.Pendekatan perencanaan yang digunakan melalui pendekatan sosial kepada masyarakat sekitar.Perencanaan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana gempa bumi yang sering terjadi di Kota Padang melalui suatu perencanaan ruang terbuka sebagai ruang penyelamatan diri dari bencana tersebut. Selain itu, juga diharapkan paper ini dapat memberikan pemahaman kepada pemerintah dan masyarakat Kota Padang mengenai pentingnya keberadaan RTH dan cara menyelamatkan diri dari ancaman runtuhan bangunan akibat gempa bumi.
Penggunaan vegetasi pada RTH kota ini disesuaikan dengan kondisi kawasan, yaitu tanaman dataran rendah dan perbukitan. Vegetasi yang terdapat di Kota Padang terdiri dari vegetasi endemik dan vegetasi introduksi.Konsep aktivitas yang direncanakan pada ruang terbuka hijau Kota Padang yang dimanfaatkan sebagai ruang evakuasi yaitu aktivitas penyelamatan diri ke ruang terbuka hijau.Aktivitas penyelamatan diri ini dikembangkan menjadi aktivitas yang bersifat sosial. Aktivitas penyelamatan diri yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya berlari menuju dataran tinggi, berkumpul dan membuat tenda darurat, membuat dapur umum, dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan keadaan darurat lainnya
Tindakan yang dilakukan untuk antisipasi bahaya bencana gempa bumi pada suatu kota dapat dilakukan salah satunya dengan cara pencegahan pembangunan pada daerah dataran rendah yang terlalu dekat dengan pantai. Selain itu, perencanaan juga membutuhkan kerjasama dan program perencanaan yang dikaitkan dengan waktu pelaksanaan program yang dibagi menjadi tiga jangka waktu, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.Program perencanaan ini bertujuan untuk keefektifan penggunaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat saat terjadi bencana gempa bumi, dan sebagai penataan kegiatan atau mekanisme kegiatan evakuasi di Kota Padang (Sulistyarana, 2010).
            b) Report “knowledge gained” (Laporan Pengetahuan yang Diperoleh)
Dalam berita singgalang, 2013 menuliskan bahwa Kepala Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), membangun daya lenting korban bencana melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.Hal ini dilakukan guna membantu perekonomian masyarakat yang terkena bencana gempa bumi Padang.
Selain itu, juga diperlukan praktek logistik bencana pada saat bencana gempa pada 30 September 2009 mengacu pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana. Ukuran keberhasilan pengelolaan logistik bencana dilaksanakan dengan cepat, tepat, terpadu dan akuntabel.Faktor utama yang dapat mendukung berjalannya sistim logistik adalah kondisi infrastruktur, ketersediaan dan jumlah alat transportasi (Hadiguna, 2012).
           c) Return to Normal Operation (Upaya untuk Kembali Normal)
Upaya untuk mengembalikan keadaan kembali normal pasca terjadinya bencana gempa bumi Padang, antara lain:
1.      Percepatan Waktu Evakuasi Korban Terluka dan Korban Meninggal
Dilakukan dengan mengubah variable pada rencana kontinjensi yang menjadikan perubahan waktu evakuasi penemuan korban terluka dan korban yang meninggal.Variabel yang memiliki dampak paling besar dan signifikan terhadap percepatan waktu tanggap darurat adalah tingkat teknologi informasi.
2.      Percepatan Waktu Pemenuhan Kebutuhan Tempat Tinggal Sementara
Hal yang paling berpengaruh dalam percepatan waktu pemenuhan kebutuhan tempat tinggal adalah jumlah tempat evakuasi yang disiapkan, tempat evakuasi meliputi tenda, shelter, dan bangunan sementara yang disiapkan untuk korban, semakin banyak jumlah tempat evakuasi sementara yang disiapkan maka akan semakin cepat waktu pemenuhan kebutuhan tempat tinggal, dengan didukung ketersediaan tim perlengkapan. Jumlah tempat evakuasi harus diikuti dengan penambahan tim, dikarenakan untuk membangun tempat tinggal sementara diperlukan tenaga dari semua tim yang dialokasikan untuk tim perlengkapan. Selain itu tingkat teknologi juga berpengaruh terhadap pemenuhan tempat tinggal, tingkat teknologi berpengaruh karena tingkat teknologi mempengaruhi jumlah tim total yang datang ke daerah bencana yang merupakan bagian dari tim perlengkapan semakin banyak jumlah tim yang datang maka semakin banyak anggota tim perlengkapan untuk membangun tempat tinggal sementara
3.      Percepatan Waktu Pembersihan Sisa Bencana
Ketersediaan alat berat sangat berpengaruh terhadap pembersihan sisa gempa dikarenakan dengan jumlah alat berat yang semakin bertambah maka pembersihan sisa gempa akan semakin cepat karena alat berat memiliki kemampuan pembersihan sisa gempa yang besar. Penambahan alat berat dari 10 unit menjadi 30 unit akan mempercepat waktu pembersihan, lebih cepat 94 hari. Sehingga jumlah alat berat yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pembersihan sisa gempa
4.      Pemenuhan Kebutuhan Listrik dengan Penambahan Jumlah Generator yang Harus Disiapkan
Ketika jumlah generator yang dimiliki pada kondisi awal sebesar 50 generator maka di daerah bencana akan mengalami kekurangan energi listrik karena supply atau pemenuhan kebutuhan listrik dari generator masih tidak bisa memenuhi kebutuhan yang diharapkan, tetapi ketika jumlah generator yang dimiliki ditingkatkan jumlahnya menjadi 80 generator maka kebutuhan listrik didaerah bencana masih bisa terpenuhi sehingga aktivitas-aktivitas yang membutuhkan energy listrik dapat berjalan dengan lancer. Jadi diperlukan penambahan generator sebanyak 30 unit
5.      Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih dengan Penambahan Jumlah Generator dan Mobil Penjernih Air yang Harus Disiapkan
Ketika jumlah instalasi penjernih air yang dimiliki pada kondisi awal sebanyak 2 dan mobil penjernih air sebanyak 3 maka di daerah bencana akan mengalami kekurangan air bersih karena suplai atau pemenuhan kebutuhan air bersih masih tidak bisa memenuhi kebutuhan yang diharapkan, tetapi ketika jumlah instalasi penjernih air yang dimiliki sebanyak 40 dan mobil penjernih air sebanyak 20 maka kebutuhan air bersih didaerah bencana masih bisa terpenuhi sehingga masyarakat didaerah bencana tidak kekurangan air bersih.
6.      Alokasi Pembagian Tim Tanggap Darurat yang Paling Optimal
Kondisi awal yaitu dengan alokasi rescue tim 40 %, tim pembersihan 30%, tim perlengkapan 20% dan tim penguburan 10% adalah alokasi pembagian tim yang paling optimal
7.      Peningkatan Kontribusi Semua Bidang Tanggap darurat
Semua bidang tanggap darurat berpengaruh terhadap percepatan waktu tanggap darurat, mulai dari bidang teknologi informasi, tim tanggap darurat, dan perlengkapan tanggap darurat. Ketika percepatan waktu tanggap darurat yang sangat berenagruh ketika kesiapan semua bidang tanggap darurat ditingkatkan, sedangkan ketika kesiapan bidang tanggap darurat diturunkan maka waktu yang diperlukan untuk melakukan tanggap darurat semakin lama (Alfian, 2012).

5. Recovery
Berikut ini merupakan upaya-upaya yang diperlukan saat pemulihan pasca bencana:
a.       Pendanaan
 Secara khusus pemprop maupun pemkab/pemkot tidak memiliki pos anggaran khusus bencana dalam APBD.Untuk tahap pasca bencana, terutama untuk biaya rehabilitasi dan rekonstruksi gedung dan rumah yang rusak digunakan APBN sektoral yang dianggarkan melalui Dinas PU dan Dinas Sosial serta melalui Bakornas PB. Sumatera Barat perlu secara khusus memberi perhatian terhadap alokasi dana untuk kepentingan penanggulangan bencana dalam APBD dengan ditopang APBN mencadangkan dana siap pakai dan mekanismenya mudah untuk digunakan ketika terjadi bencana menimpa wilayah tersebut. Besarnya dana cadangan bencana ditentukan berdasar kajian ilmiah atas potensi bencana, jumlah penduduk rawan bencana dan nilai kebutuhan barang dan alat serta mobilisasinya.
b.      Rehabilitasi Perumahan dan Pemukiman
Beberapa langkah yang telah dilaksanakan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut adalah :
1.    Melaksanakan rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanan, sekolah dasar sampai menegah
2.    Melaksanakan rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana kesehatan baik pelayanan dasar maupun pelayanan lanjutan (rumah sakit)
3.   Melaksanakan rehabilitasi dan pembangunan kembali perumahan masyarakat. Rehabilitasi dan pembangunan kembali perumahan masyarakat ini merupakan langkah prioritas yang harus dilaksanakan, karena ini berhubungan dengan upaya penanganan terhadap masyarakat yang masih mengungsi dan berada di tempat penampungan.
4.    Rehabilitasi sarana dan prasarana kepariwisataan
5.    Rehabilitasi sarana perdagangan dan jasa (pasar)
6.    Rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur kota,
a)        Bidang kecipta karyaan (gedung pemerintahan)
b)        Pustaka
c)        Sarana Jalan, jembatan dan drainase
d)       Sungai/irigasi
7.    Rekonstruksi dan revitalisasi bangunan heritage dan fasilitas umum lainnya
8.    Rehabilitasi sarana rumah ibadah
9.    Rehabilitasi sarana panti asuhan
10. Rehabilitasi dan pembangunan Sarana dan Prasarana Bidang Air Bersih

c.       Rekonstruksi
Potensi-potensi yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk melakukan rehabilitasi& rekonstruksi bencana di Sumatera Barat antara lain:
1) Potensi Kearifan Lokal, terdapat budaya yang mencerminkan gotong royong berupa Batagak Kudo2, Badoncek, Julo-Julo;
2) Potensi Organisasi Non Formal, berupa Gebu Minang, Saudagar Minang, LKAAM, KAN; Klinik Konstruksi;
3) Potensi Pemimpin Non Formal, berupa Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo Kandung dan Para Pemangku Adat lainnya, serta NGO;
4) Potensi Bahan Bangunan, tersedianya pabrik Semen, Bambu, Batang Pohon Kelapa, Kayu (berasal dari Hutan Adat, Pekarangan);
5) Potensi Perantau, bantuan dari perantau kepada keluarga di kampung halaman

d.      Konseling Trauma
Penanganan
 korban bencana di Padang, Sumatera Barat baik ketika tanggap darurat bencana terjadi maupun pasca bencana, lebih banyak difokuskan kepada sisi fisik seperti pengungsian korban, pembangunan sarana-prasarana fasilitas umum/sosial-keagamaan-pendidikan, rumah tingal dan sejenisnya, Namun kurang menyentuh sisi psikologis-mental. Mesti dilakukan traumaticconseling (konseling trauma).Aspek psikologis mental korban bencana belum tertangani secara baik, sebagai contoh di Padang, anak-anak takut masuk sekolah.Setelah kegiatan pasca bencana dilaksanakan, harusnya ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah bahwa kondisi sudah kembali normal, atau kembali dalam status tidak ada ancaman bencana.
Beberapa tindakan untuk mengurangi trauma tersebut diantaranya sosialisasi di sekolah-sekolah tentang kemandirian menyelamatkan diri tanpa mempedulikan keberadaan orangtua.“Bencana itu ketentuan Allah, kalaupun Allah meridhoi kita akan bertemu lagi dengan orangtua”, demikian salah satu pemotivasian kepada anak didik.Sosialisasi ini dilakukan karena bencana seperti gempa bumi atau tsunami bisa terjadi kapan saja, bisa saja saat anak-anak sekolah, sedang bermain atau dimana saja.Sebagai wujud pertanggungjawaban yang transparan, harus disusun laporan tentang kejadian bencana, statistik korban bencana, laporan kegiatan dan laporan keuangan penanggulangan bencana.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

          Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang 
di sebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan 
kulit bumi.Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi 
disebut hiposentrum.

2. gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan.

Saran

Sebaiknya pengetahuan mitigasi tentang bencana gempa bumi ditanamkan sejak kecil denga tujuan untuk menciptakan generasi yang tanggap bencana serta berguna bagi nusa dan bangsa.
     















DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi

http://bhoeks-dou-mbozo.blogspot.co.id/2014/06/makalah-gempa-bumi-dan-mitigasinya.html

Suprobo Bambang. 2008. IPS Geografi; Penyebab Gempa Bumi dan Penanggulangannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.

http://nidaririn.blogspot.com/

http://yetiretnowulan.blogspot.co.id/2014/04/manajemen-pasca-bencana-studi.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Yogyakarta_2006

http://sheilahalizaplh.blogspot.co.id/p/mitigasi-bencana-saat-terjadi-gempa-bumi.html

http://nidaririn.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARAKTERISTIK PESAWAT UDARA T5

di susun oleh moh. syafril imam PESAWAT UDARA Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersa...