Minggu, 31 Maret 2019

KAITAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK DENGAN WAKTU,BIAYA, KUALITAS


KAITAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK DENGAN 
WAKTU,BIAYA, KUALITAS


Manajemen proyek adalah salah satu cara yang ditawarkan untuk maksud pengelolaan suatu proyek, yaitu suatu metode pengelolaan yang dikembangkan secara ilmiah dan intensif sejak pertengahan abad ke-20 untuk menghadapi kegiatan khusus yang berbentuk proyek.
Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini adalah dimana hasil  penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lainnya. Sedangkan efisien diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber lain dan lain-lain. Oleh sebab itu manajemen proyek pada suatu proyek konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan begitu saja, karena tanpa manajemen suatu proyek, konstruksi akan sulit berjalan sesuai dengan harapan baik berupa biaya, waktu maupun kualitas
Manajemen proyek meliputi proses perencanaan  kegiatan, pengaturan ,pelaksanaan dan pengendalian Proses perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal dengan proses manajemen

Setiap proyek tentu diharapkan bisa berjalan dengan baik dan mencapai hasil sesuai perencanaan. Untuk proyek-proyek yang merupakan pesanan konsumen, tentunya pihak kontraktor ingin agar proyek mencapai hasil sesuai harapan konsumen. Namun tak bisa dipungkiri ada beberapa hal tak terduga yang bisa saja terjadi dan proyek yang sedang dikerjakan tidak berjalan sesuai dengan perencanaan. Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pengendalian mutu proyek.
Pengendalian mutu proyek dapat dikerjakan oleh sebuah tim yang dikepalai oleh seorang manager. Sebelum proyek dimulai, tim hendaknya sudah dibentuk dan dilakukan penunjukan untuk mengepalai tim. Orang yang ditunjuk untuk menjadi manager harus disetujui oleh pemberi proyek. Manager pengendalian mutu ini nantinya akan melaporkan pekerjaan-pekerjaannya secara langsung kepada manager proyek.
Pengendalian mutu dalam sebuah proyek terdiri dari tiga langkah utama yakni perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan peningkatan kualitas.
  • Pada langkah perencanaan mutu dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen, kemudian dibuatlah rancangan proyek yang sesuai kebutuhan konsumen dan rancangan proses pembuatan proyek sesuai dengan rancangan proyek.
  • Pada langkah pengendalian mutu, dilakukan identifikasi faktor-faktor yang harus diperhatikan, mengembangkan metode pengukuran mutu, mengembangkan standar, dan mengembangkan alat pengendalian mutu.
  • Pada langkah peningkatan kualitas, dilakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi standar dan kondisi aktual di lapangan. Tindakan ini bisa berupa penyesuaian ataupun perbaikan.

Tim pengendalian mutu sebaiknya juga memiliki pedoman teknis pengendalian mutu yang disusun dengan cermat dan tentunya disepakati bersama. Adapun pedoman teknis pengendalian mutu ini berisi latar belakang dan pengertian pengendalian mutu dalam proyek, prosedur pengendalian mutu, strategi pengendalian mutu, sasaran pengendalian mutu, metodologi yang digunakan, tahapan pengendalian mutu, dan evaluasi kinerja. Pedoman teknis pengendalian mutu ini dapat dilengkapi pula dengan bagan atau skema alur pengendalian mutu dan alur pelaporan pengendalian mutu.

Metode Pengendalian Mutu

Berhasil atau gagalnya sebuah proyek sangat bergantung pada peran pengendalian dan pengawasan. Sebuah proyek yang sedang berjalan pasti akan mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rencana yang sudah ditetapkan. Disinilah dibutuhkan campur tangan pengendalian dan pengawasan proyek.
Ada pun metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan mutu suatu proyek bisa disesuaikan dengan jenis proyek dan kualitas yang diinginkan. Secara umum, ada 3 metode yang sering dipakai dalam pengendalian mutu suatu proyek.
  1. Pemeriksaan dan Pengkajian
Pemeriksaan dan pengkajian dilakukan terhadap gambar konstruksi proyek, rancangan pembelian peralatan dan perlengkapan, model proyek, dan perhitungan desain.
  1. Inspeksi dan Pemeriksaan Peralatan
Melakukan pemeriksaan dan melakukan uji coba untuk memastikan peralatan-peralatan yang digunakan dalam proyek bisa berfungsi dengan baik. Pemeriksaan bisa dilakukan saat peralatan baru saja diterima dari hasil pembelian. Pemeriksaan juga perlu dilakukan ketika instalasi peralatan sedang dikerjakan dan setelah instalasi selesai.
  1. Melakukan Pengujian Dengan Sampling
Pengujian dengan sampling dapat dilakukan untuk memastikan kualitas material sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pengujian dengan sampling perlu dilakukan dengan berpegang pada beberapa prinsip yakni tepat waktu, efektif dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Pengujian sampling harus dilakukan tepat waktu supaya hasilnya bisa dimanfaatkan dengan 

maksimal untuk memberikan masukan-masukan bagi perbaikan kualitas proyek, khususnya pada bagian-bagian yang belum menyelesaikan pekerjaannya pada tahapan tertentu. Pengujian sampling harus dikerjakan dengan efektif dan efisien baik dari metode maupun instrumen yang digunakan supaya bisa mencapai titik-titik penting yang dapat memberikan gambaran umum pencapaian pelaksanaan proyek. Pengujian sampling tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan secara jujur dan objektif, karena itu harus jelas pula metode yang digunakan, titik uji sampling yang diambil dan sasaran uji sampling.

Dokumen-dokumen Untuk Pengendalian Mutu
Dalam melaksanakan pekerjaan pengendalian mutu proyek dibutuhkan beberapa dokumen penting. Dokumen-dokumen ini menjadi acuan pengerjaan proyek sehingga pelaksanaan proyek dan hasil akhirnya sesuai dengan perencanaan. Adapun dokumen-dokumen tersebut meliputi:
  • Spesifikasi teknis
Spesifikasi teknis berisikan uraian yang disusun dengan lengkap dan jelas mengenai suatu proyek yang hendak dikerjakan sehingga bisa mencapai harapan semua pihak yang terlibat di dalamnya.
  • Gambar kerja
Gambar kerja adalah gambar acuan yang dipakai untuk mewujudkan ide rancangan ke dalam bentuk fisik. Oleh karena itulah, setiap pihak yang terlibat dalam proyek harus bisa memahami gambar kerja yang telah dibuat. Gambar kerja yang benar-benar akurat dan detail akan sangat membantu mewujudkan sebuah proyek dengan tepat.
Gambar kerja yang dibuat oleh seorang arsitek dilengkapi pula dengan spesifikasi dan syarat teknik pengerjaan proyek yang lengkap, jelas dan teratur serta perkiraan biaya proyek dan perhitungan kuantitas proyek. Jika gambar kerja sudah diperiksa dan disetujui, barulah gambar kerja ini bisa digunakan dalam pengerjaan sebuah proyek.
  • Rencana mutu kontrak
Dokumen ini merupakan pedoman jaminan mutu dalam pelaksanaan sebuah proyek. Dokumen ini digunakan untuk memastikan bahwa hasil akhir proyek sesuai dengan syarat-syarat teknis yang dicantumkan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dokumen Rencana Mutu Kontrak atau RMK memang secara khusus dibuat untuk menentukan arah pengendalian proses pelaksaaan proyek sehingga didapat proyek yang berkualitas sesuai dengan harapan.
  • Dokumen administrasi
Memang ada begitu banyak dokumen administrasi yang menyertai sebuah proyek. Khususnya untuk pengendalian mutu proyek, dokumen yang dibutuhkan antara lain hasil uji lapangan, request work dan catatan-catatan.
  • Instruksi teknis
Dokumen ini disusun untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengerjaan suatu proyek. Dokumen ini berisi petunjuk suatu proses kerja yang harus dikerjakan oleh tim-tim kerja atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam proyek.
Pengendalian Langsung

Pengendalian mutu proyek bukanlah pekerjaan yang hanya dilakukan di belakang meja. Tim pengendalian mutu juga turun langsung ke lapangan. Metode pengendalian secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengerjaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Pengendalian langsung terhadap pelaksanaan sebuah proyek dapat diatur dengan tata cara berikut ini.
  • Pemantauan atau monitoring
Kegiatan pemantauan dilakukan dengan kunjungan ke masing-masing bagian proyek. Kunjungan ini untuk melakukan sampling pengendalian mutu tentang pelaksanaan proyek, penyiapan peralatan dan media yang dibutuhkan, serta penggunaan anggaran biaya yang telah ditetapkan.
  • Supervisi
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan satu tahapan pada proyek telah berjalan sesuai dengan mekanisme atau pedoman yang telah ditetapkan.
  • Penguatan kapasitas pengerjaan
Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong tingkatan pencapaian pekerjaan berdasarkan batasan-batasan waktu yang telah disepakati. Selain itu, kegiatan penguatan kapasitas ini juga dilakukan untuk mendorong meningkatnya kinerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing bagian pada pengerjaan proyek.

Nah, dari uraian ini terlihat jelas pentingnya pengendalian mutu proyek terhadap keberhasilan sebuah proyek. Dengan memahami dan mempersiapkan pengendalian mutu proyek, maka sebuah proyek bisa dibilang sudah ada di jalan yang tepat untuk mencapai keberhasilan dan kualitas proyek yang sesuai dengan harapan.


TINJAUAN MUTU (QUALITY) DAN PENGELOLAAN MUTU (QUALITY MANAGEMENT)
Dalam arti yang luas “mutu” atau “kualitas” bersifat subyektif. Suatu barang yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu, dunia usaha dan industri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan, misalnya ISO 8402 (1986):[1]
“Mutu adalah sifat dan karakterisk produk atau jasa yang membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).”
Sementara definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasian dengan proyek adalah fitness for use. Istilah ini disamping mempunyai arti seperti yang diuraikan diatas, juga memperhatikan masalah tersediaya produk, kehandalan dan masalah pemeliharaan.
Definisi diatas tentunya akan sangat bervariasi tergantung pada masing-masing bidang usaha maupun industri. Akan tetapi secara umum ada 4 (empat) spektrum mutu/kualitas yakni kualitas perencanaan (quality planning), pemantauan kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan pengembangan kualitas (quality improvement).[2]
Manajemen mutu/kualitas mengadopsi beberapa prinsip-prinsip manajemen[3], yang dapat diterapkan pada puncak manajemen perusahaan untuk menjadi pedoman bagi organisasi dalam mengembangkan kinerja organisasi. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fokus pada keinginan konsumen (customer focus)
Suatu perusahaan dapat menjaga dan mengembangkan konsumennya, bilamana perusahaan dapat mengerti dan memahami tuntutan dan kebutuhan konsumen saat ini dan mendatang, sehingga berusaha memenuhi kebutuhan dan mencoba memenuhi ekspetasi konsumen adalah kuncinya.
  1. Kepemimpinan (Leadership)
Para pemimpin dalam setiap unit dalam suatu organisasi perusahaan (penyedia jasa konstruksi) menyiapkan dan diarahkan untuk mengembangkan budaya kualitas. Mereka harus dapat mengkreasikan dan memelihara budaya kualitas dalam setiap lingkungan internal yang dipimpinnya, mendorong setiap anggota timnya untuk mencapai tujuan perusahaan yakni pencapaian target kualitas/mutu pekerjaan, dan dalam hal ini mencapai mutu/kualitas pekerjaan konstruksi.
  1. Pengembangan Individu (Involvement of people)
Setiap individu baik karyawan maupun pemimpin pada setiap level perusahaan jasa konstruksi harus memahami budaya manajemen kualitas. Setiap individu harus berusaha mengembangkan segala kemampuan dan kemungkinan yang dapat digunakan bagi keuntungan perusahaan.
  1. Pendekatan proses (Process approach)
Hasil yang buruk dapat dikurangi bila setiap aktivitas dan kebutuhan sumber daya (manusia, material/bahan/alat, waktu) dikelola dalam suatu organisasi perusahaan sebagai suatu proses.
  1. Pendekatan Sistem Pada Manajemen (System approach to management)
Suatu organisasi perusahaan dapat efektif dan efisien dalam mengembangkan target dan tujuan mutu/kualitas yang merupakan kontribusi dari tahap identifikasi, pemahaman dan pengelolaan semua proses yang saling terkait sebagai suatu sistem.
  1. Terus Berkembang (Continual improvement)
Salah satu target tujuan kualitas/mutu secara permanen dari suatu organisasi adalah terus mengembangkan kinerja pencampaian mutu semua aktivitasnya.
  1. Perumusan Keputusan Berdasarkan Pendekatan Fakta (Factual approach to decision making)
Keputusan-keputusan yang efektif adalah beranjak dari dari analisis data dan informasi yang benar.
  1. Membangun Hubungan yang Saling Menguntungkan dengan Suplier (Mutually beneficial supplier relationships)
Sejak hubungan antara suatu perusahaan (penyedia jasa konstruksi) dan supliernya adalah interdependent, maka perlu dikembangkan hubungan yang saling menguntungkan diantara keduanya untuk memungkinkan pengembangan meningkatkan value keduanya.
8 (delapan) prinsip dasar ini berbasis pada Quality Management System (QMS) standard dalam ISO 9001:2008.[4]
Pengelolaan mutu (Quality Management) bertujuan mencapai persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama tanpa adanya pengulangan (to do right things right the first time) dengan cara-cara yang efektif dan ekonomis. Pengelolaan mutu proyek konstruksi merupakan unsur dari pengelolaan proyeks secara keseluruhan, yang antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Meletakan dasar filosofi dan kebijakan mutu proyek
  2. Memberikan keputusan strategis mengenai hubungan antara mutu, biaya dan jadwal
  3. Membuat program penjaminan dan pengendalian mutu proyek (QA/QC)
  4. Implementasi Program QA/QC.
Gambar 1 memperlihatkan hubungan dan pembentukan program QA perusahaan, program QA Proyek, dan QC proyek yang merupakan unsur-unsur pengelolaan mutu proyek.
Sumber     : Soeharto Iman, “Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional”, Editor Yati Sumiharti, Cet.3 Jakarta Erlangga, 1997.

Gambar 1. Program QA/QC Proyek


Perlu juga dipahami bahwa penanganan masalah mutu dimulai sejak awal sampai proyek dinyatakan selesai. Pada priode tersebut penyelenggaraan proyek dibagi menjadi pekerjaan spesifik, yang kemudian diserahkan kepada masing-masing bidang/unit sesuai keahlian. Jadi semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga kualitas/mutu, bila melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat dari segi mutu. Atau dengan kata lain harus selalu berorientasi kepada mutu.

Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis yang diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan diwujudkan dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu (QC) adalah bagian dari penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau sistem agar memenuhi keperluan yang telah ditentukan.

Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa: pengetesan, pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan engineering/konstruksi dan kegiatan lainnya telah memenuhi dan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini berupa SNI, maupun standar internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan konstruksi, misalnya acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi meliputi sebagai berikut:

NI-2                            Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1997.
NI-3                            Peraturan umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
NI-5                            Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI)
NI-8                            Semen Potland
SNI 03-1750-1990           Mutu dan Cara Uji Agregat Beton.
SNI 15-2049-1990           Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
SNI 03-2052-1990          Baja Tulangan Beton.
SNI 03-6861.1-2002         Spesifikasi air sebagai Bahan Bangunan.
SNI 03-6883-2002          Spesifikasi Toleransi untuk Konstruksi dan Bahan Beton.

Inspeksi dan pengetesan dilakukan secara konfrehensif, dan dalam konteks ini dimaksudkan dengan inspeksi adalah mengkaji karakteristik obyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu standar yang ditentukan, misalnya standar SNI diatas. Dengan tahapan sebagai berikut:


 


PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU

·         KEGIATAN MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK
·         PENGENDALIAN BIAYA PELAKSANAAN DIPROYEK
·         PENGENDALIAN WAKTU
·         PENGENDALIAN MUTU

PENDAHULUAN
PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU MERUPAKAN BAGIAN YANG UTAMA AGAR SUATU PROYEK DAPAT DISELESAIKAN DENGAN WAKTU YANG TEPAT, BIAYA YANG KOMPETITIF DENGAN MUTU YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN MEMENUHI PERSYARATAN PELANGGAN.

PROSES PENGENDALIAN HASIL PEKERJAAN MERUPAKAN PERSYARATAN STANDAR YANG MENCAKUP :
 URAIAN KAREKTERISTIK HASIL PEKERJAANG  PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA  PENGGUNAAN PERALATAN YANG SESUAI PERALATAN UKUR YANG DIKALIBRASI  PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN PEMANTAUAN  PENYERAHAN DAN PEMELIHARAAN PROYEK.

PENGENDALIAN BIAYA, MUTU DAN WAKTU MERUPAKAN LINGKUP UTAMA SEORANG PELAKSANA DALAM MENJALANKAN PELAKSANAAN PEKERJAAN, GUNA DIPEROLEH HASIL YANG MEMUASKAN BAGI PENGGUNA JASA SESUAI KETENTUAN DAN PERSYARATAN DALAM SPESIFIKASI TEKNIK.

DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI DI PERLUKAN SUATU MEKANISME MANAJEMEN DAN MEKANISME PENGENDALIAN GUNA MENCAPAI EFISIENSI PENYELENGGARAAN PROYEK TEPAT MUTU, BIAYA DAN WAKTU YANG MENCAKUP ASPEK TEKNIS DAN ADMINISTRATIF.

KEGIATAN MANAJEMEN PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN  KEGIATAN TERSEBUT MERUPAKAN SUATU UKURAN KEBERHASILAN APABILA MUTU PRODUK AKHIR DICAPAI SESUAI DENGAN PERENCANAAN TEKNIS DAN SESUAI KORIDOR WAKTU YANG TELAH DISEPAKATI SEJAK DITERAPKANNYA SPMK SAMPAI FHO  TAHAPAN DARI KEGIATAN TERSEBUT MELIPUTI :
 1. PERSIAPAN DOKUMEN
2. RENCANA PELAKSANAAN PROYEK
3. PERSIAPAN FISIK LAPANGAN
4. PROSES PEMBAYARAN
5. PENYESUAIAN/ PERUBAHAN BIAYA
6. PERSELISIHAN
7. SERAH TERIMA


PENGEDALIAN BIAYA PELAKSANAAN

 SECARA KONSEPTUAL PENGENDALIAN BIAYA TERFOKUS PADA KONDISI RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS AGAR PERIMBANGAN PENDAPATAN DAN BIAYA PROYEK TETAP TERJAGA.
DILIHAT DARI SUDUT RENTABILITAS DAN LIKUIDITAS KONDISI PROYEK DIBAGI DALAM 4 (EMPAT) KELOMPOK :
1. RENTABILITAS BAGUS DAN LIKUIDITAS BAGUS.
2. RENTABILITAS BAGUS DAN LIKUIDITAS JELEK.
3. RENTABILITAS JELEK DAN LIKUIDITAS BAGUS.
4. RENTABILITAS JELEK DAN LIKUIDITAS JELEK.

BESAR KECILNYA MODAL YANG DIPERLUKAN DALAM SUATU PROYEK DIPENGARUHI OLEH BEBERAPA HAL, ANTARA LAIN :
1. PERSYARATAN PEMBAYARAN YANG DIATUR DALAM KONTRAK.
2. KEBIJAKAN OPERSIONAL (PELAKSANAAN KEGIATAN PROYEK).






GRAFIK PENERIMAAN

GRAFIK BIAYA

PENGERTIAN DAN MAKSUD PENGENDALIAN BIAYA PELAKSANAAN

SEMUA UPAYA/ USAHA YANG DILAKUKAN, AGAR BIAYA PELAKSANAAN PROYEK MENJADI WAJAR, MURAH DAN EFISIEN SESUAI RENCANA DAN ATAU HASIL EVALUASI YANG DILAKUKAN
PENGENDALIAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK TERKAIT ERAT DAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH :
 1. PENGENDALIAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK
2. PENGENDALIAN MUTU DAN HASIL PELAKSANAAN PROYEK
 3. PENGENDALIAN SISTEM MANAJEMEN OPERASIONAL PROYEK YANG BERSANGKUTAN YANG KURANG BAIK ATAU TIDAK KONSISTEN DALAM PELAKSANAAN PENAMBAHAN BIAYA

2 CARA TINDAKAN PENGENDALIAN YANG DILAKUKAN, YAITU :

1. CARA LANGSUNG DENGAN MELAKUKAN :
 - PENINJAUAN
 - PENGAWASAN
 - PEMERIKSAAN
 - AUDIT
2. CARA TIDAK LANGSUNG
 - DOKUMEN PROYEK
 - MELALUI RENCANA ARUS KAS PROYEK
 - DOKUMEN KONTRAK DAN SPESIFIKASI TEKNIK
 - PROSEDUR DAN INSTRUKSI KERJA
 - LAPORAN-LAPORAN PROYEK


RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN (RAP) PROYEK :

HASIL ESTIMASI / PERKIRAAN BIAYA-BIAYA PROYEK YANG MERUPAKAN SALAH SATU DOKUMEN KELENGKAPAN SEBAGAI ACUAN / PEDOMAN OPERASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN MEMPERTIMBANGKAN :
- PENGALAMAN ATAU REFERENSI DAN REALISASI PENGELOLAAN PROYEK YANG LALU
 - HASIL OBSERVASI ULANG ARUS DATA SUMBER DAYA YANG DIPERLUKAN DAN LOKASI / MEDAN KERJA
 - KEBIJAKSANAAN PERUSAHAAN
- KESEPAKATAN

TUJUAN DIBUATNYA RAP
 SEBAGAI SARANA ACUAN / PEDOMAN DALAM PENGELOLAAN HASIL USAHA PROYEK
  SEBAGAI TOLOK UKUR ATAU SARANA PENILAIAN ATAS KESUKSESAN PARA PERSONIL YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP HASIL USAHA
  SEBAGAI SARANA MEMONITOR DAN MENGEVALUASI PENGELOLAAN OPERASIONAL DAN HASIL USAHA PROYEK TERSEBUT.

PRINSIP DALAM PEMBUATAN RAP
 1. RAP HANYA MEMPERHITUNGKAN.
   - PENDAPATAN (RENCANA PENDAPATAN YANG DIPERHITUNGKAN) BUKAN PEMBAYARAN YANG      DITERIMA)
 - BIAYA (RENCANA BIAYA YANG DIPERHITUNGKAN) BUKAN PEMBAYARAN YANG DIKELUARKAN
2. RAP DIBUAT DENGAN BERORIENTASI PADA PROFIT DAN EFISIENSI.





PENGENDALIAN WAKTU
MERUPAKAN BAGIAN YANG UTAMA AGAR PROYEK DAPAT DISELESAIKAN DENGAN WAKTU YANG TEPAT SESUAI YANG DIRENCANAKAN.

TAHAP DAN KENDALI MUTU
1.      TAHAP PERSIAPAN
2.      TAHAP ANALISIS
3.      TAHAP PENJADWALAN PEKERJAAN

2 (DUA) KEMUNGKINAN PENYEBAB TERLAMBAT MENYELESAIKAN PROYEK DARI JADWAL YANG DITENTUKAN YAITU : 
1.      ADANYA HALANGAN ATAU KEJADIAN DILUAR PERHITUNGAN DAN PERTIMBANGAN DALAM PELAKSANAAN WAKTU PROYEK
2.      PROGRAM KERJA DAN PENGENDALIANn PELAKSANAAN PROYEK OLEH KONTRAKTOR TIDAK BERJALAN SEBAGAIMANA MESTINYA

PENGENDALIAN MUTU
 PENGENDALIAN MUTU MERUPAKAN BAGIAN UTAMA AGAR PROYEK DAPAT DISELESAIKAN DENGAN MUTU YANG DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN MEMENUHI PERSYARATAN PELANGGAN TERDIRI DARI :
1.      PRINSIP PENGENDALIAN MUTU
2.      . PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU

 PRINSIP PENGGENDALIAN MUTU UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN SALAH SATU DARI TIGA SASARAN UTAMA MANAJEMEN PROYEK YAITU TEPAT MUTU, TEPAT BIAYA DAN TEPAT WAKTU
SEBAGAI USULAN PENGAWASAN DAN TINDAK TURUN TANGAN TERHADAP PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI AGAR MEMENUHI PERSYARATAN TEKNIS YANG TELAH DITETAPKAN DIDALAM DOKUMEN KONTRAK


3 (TIGA) JENIS PENGENDALIAN
1.      PENGENDALIAN MUTU BAHAN BAKU
2.      PENGENDALIAN MUTU BAHAN OLAHAN
3.      PENGENDALIAN MUTU HASIL PEKERJAAN


TERIMAKASIH

KAITAN PENGENDALIAN MUTU PROYEK DENGAN 
WAKTU,BIAYA, KUALITAS




DAFTAR PUSTAKA


Sumber :        https://ecodrain.wordpress.com/2015/03/13/manajemen-  kualitas dalam-                                  proyek-konstruksi/


Sabtu, 30 Maret 2019

JENIS-JENIS JEMBATAN DARI BEBERAPA ASPEK



JENIS-JENIS JEMBATAN DARI BEBERAPA ASPEK 


A.    Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jembatan yang merupakan bagian dari jalan, sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan pada daerah tersebut. Perencanaan pembangunan jembatan harus diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga pembangunan jembatan dapat memenuhi keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna jembatan.

STRUKTUR JEMBATAN

1) Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
 o Sandaran dan tiang sandaran,
 o Peninggian trotoar (Kerb),
     o Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).



2) Struktur Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a) Pangkal jembatan (Abutment),
     o Dinding belakang (Back wall),
 o Dinding penahan (Breast wall),
 o Dinding sayap (Wing wall),
     o Oprit, plat injak (Approach slab)
 o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
 Tumpuan (Bearing).
b) Pilar jembatan (Pier),
     o Kepala pilar (Pier Head),
     o Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
     o Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
     Tumpuan (Bearing).
3) Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pierjembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a) Fondasi telapak (spread footing)
b) Fondasi sumuran (caisson)
c) Fondasi tiang (pile foundation)
 o Tiang pancang kayu (Log Pile),
 o Tiang pancang baja (Steel Pile),
 o Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
            Tiang pancang beton prategang pracetak
      (Precast Prestressed Concrete Pile),
            o Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place),
            o Tiang pancang komposit (Compossite Pile),

Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Jembatan jalan raya (highway bridge)
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta apiataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Jembatan pertama yang dibuat dengan titian kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua utas tali atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu digunakan, tetapi cuma sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung yang pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan saluran air orang Roma yang kenal hingga hari ini. Orang-orang Roma juga mempunyai pengetahuan, yang mengurangkan perbedaan kekuatan batu2 yang berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada zaman kaisar Romawi, karena sesudah zaman tersebut, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada Zaman Pertengahan, tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan kesulitan kepada kapal-kapal yang lalu-lalang di sungai tersebut.
Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19, sistem rangka (truss system) menggunakan besi untuk memajukan untuk pembuatan jembatan yang lebih besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan ketegangan (tensile strength) yang cukup untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan ketegangan yang tinggi, jembatan yang lebih besar akan dibuat, kebanyakannya menggunakan idea Gustave Eiffel, yang pertama kali dipertunjukkan di Menara Eiffel di ParisPrancis. Yang sesuai digunakan untuk pembuatan jembatan yang panjang karena ia mempunyai kekuatan-kepada-berat yang tinggi, tetapi konkrit pula mempunyai kos penjagaan yang lebih murah. Jadi, selalunya "konkrit diperkuat" (reinforced concrete) digunakan - kekuatan ketegangan konkrit yang lemah diisi oleh kabel tembaga yang ditanam di dalam konkrit itu.

2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
Jembatan Cikubang adalah jembatan kereta api yang menghubungkan kota Bandung dengan kota Jakarta. Jembatan ini terletak di PadalarangKabupaten Bandung BaratJawa Barat. Jembatan ini memiliki empat pilar baja seberat sekitar 110 ton.[1] Jembatan Cikubang merupakan jembatan kereta api terpanjang di Indonesia dengan panjang 300 meter. Jembatan Cikubang mulai digunakan sejak tahun 1906 dan masih saat ini masih kukuh berdiri dengan tinggi 80 meter dari dasar sungai Cikubang. Pembangunan jembatan ini berkaitan dengan pembangunan jalur kereta api Cikampek-Purwakarta-Bandung yang dimulai antara tahun 1881 – 1884 oleh perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS).[2]
Penambahan struktur jembatan dengan lengkungan logam setengah lingkaran sepanjang rel di bagian bawah bantalan dilakukan pada 1953. Penguatan itu seiring dengan mulai dioperasikannya lokomotif diesel. Jembatan Cikubang terlihat jelas dari jalan raya antara Plered dan Padalarang, bahkan sering membuat wisatawan berhenti sejenak untuk menyaksikan kereta api yang melintas di jembatan tersebut.


3) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)



Jembatan penyeberangan orang disingkat JPO adalah fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan yang ramai dan lebar atau menyeberang jalan tol dengan menggunakan jembatan, sehingga orang dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik.
Jembatan penyeberangan juga digunakan untuk menuju tempat pemberhentian bus (seperti busway Transjakarta di Indonesia), untuk memberikan akses kepada penderita cacat yang menggunakan kursi roda, tangga diganti dengan suatu akses dengan kelandaian tertentu. 
Desain jembatan penyeberangan biasanya menggunakan prinsip yang sama dengan jembatan untuk kendaraan. Tetapi karena biasanya lebih ringan dari jembatan kendaraan, dalam desain JPO biasanya mempertimbangkan getaran dan efek dinamik dari penggunanya. Di samping itu masalah estetika juga menjadi pertimbangan penting dalam membangun JPO terutama dijalan-jalan protokol dimana desain arsitektur menjadi pertimbangan yang penting.
Variabel-variabel yang memengaruhi penggunaan JPO
·         Kepadatan lalu lintas
·         lebar jalur
·         lokasi
·         aksesibilitas
·         pagar di sekitar trotoar
·         penegakan hukum terhadap pelanggar larangan menyeberang di jalan kendaraan bila sudah memeiliki JPO


B.     Jembatan Ditinjau Dari Material Yang Digunakan


Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama bangunan atas, berikut jembatan ditinjau dari material yang digunakan dibedakan menjadi:
1)      Jembatan Kayu (Log Bridge)















Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana ditinjau dari segi konstruksi yang sangat mudah, atau dapat diterjemahkan struktur terbuat dari material kayu yang sifatnya darurat atau tetap, dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.
Jembatan ini sangat dikenal oleh manusia, ketika masa lampau untuk menghubungkan sungai cukup menggunakan kayu, entah dari pohon yang tumbang atau sengaja dirancang, salah satu ahli mengatakan bahwa jembatan yang terbuat dari material kayu, merupakan jembatan yang mudah diperbaharui.
Dari segi materialnya kayu memmpunyai beberapa keuntungan dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut ini:
a)        Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan dengan alat yang lebih sederhana.
b)       Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli yang tinggi. Sebagai contohnya pada sambungan konstruksi jembatan baja memerlukan peralatan dan ketrampilan tenaga kerja tersendiri, sedangkan pada konstruksi kayu dapat menggunakan bor tangan.
c)        Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu, yang mana menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang tanpa bekisting dan tulangan, sehingga menghemat biaya.
d)       Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti pada baja atau beton.
e)        Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan lingkungan sekitar.
Jadi dapat saya simpulkan bahwa jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi sederhana dengan bentang pendek, karena untuk jembatan dengan bentang yang panjang, material kayu sudah tidak ekonomis lagi.
                           
Contoh :

 





2)  Jembatan Baja (Steel Bridge)

    

Jembatan yang menggunakan berbagai macam komponen dan sistem struktur baja: deck, girder, rangka batang, pelengkung, penahan dan penggantung kabel, pada jembatan baja saya akan menerangkan jembatan rangka baja, ialah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan untuk mendistribusikan beban ke setiap rangka-rangkanya. Rangka batang tersebut terdiri dari batang tarik dan batang tekan.
Batang tarik adalah batang yang menerima beban tarik. Desain untuk batang tarik didasarkan atas ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi tidak boleh melampaui tegangan ijin. Apabila ada lubang maka luas penampang adalah luas netto (luas brutto-luas lubang). Untuk menahan beban berguna dipakai factor of safety (faktor keamanan) yang cukup terhadap kehancuran.
Batang tekan yang merupakan batang dari suatu rangka batang. Batang ini dibebani gaya tekan aksial searah panjang batangnya. Kolom juga merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang untuk seterusnya akan melimpahkan semua beban tersebut ke pondasi.





3)  Jembatan Beton (Concrete Bridge)

Jembatan yang terbuat dari material beton pertama kali digunakan pada abad ke 19, industry semen mendominasi setelah tahun 1865, beton banyak digunakan untuk jembatan lengkung dan konstruksi bagian bawah, jembatan beton bertulang pertama kali dibangun setelah ditemukannya teknik pembuatan beton bertulang untuk struktur, yaitu di prancis pada tahun 1875.
Selama beberapa dekade jembatan beton bertulang dibangun untuk jembatan dengan bentang pendek, terutama pada awal tahun 1890 dan semakin meningkat pada abad ke 20. Slab dan gelagar jembatan beton bertulang secara luas digunakan untuk bentang-bentang pendek untuk beberapa dekade.
4)  Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)


Pada tahun 1928 pengguanaan beton prategang modern dikemukaan pertama kali di prancis, ia mengaplikasikan kawat – kawat baja berkualitas tinggi pada balok prategang dengan system penegangan pra – penegangan (pre tensioning) dan pada tahun 1940 magnel mengembangkan system pasca penegangan yang lebih dikenal dengan magnel system of Belgium.
Pada tahun 1950 dikembangkan jembatan beton prategang segmental (cast in place), jembatan segmental ini bisa disebut juga pracetak (precast) atau cetak di tempat (cast in place) dengan menggunakan metode konstruksi kantilever yang dikerjakan bentang demi bentang, dipasang tahap demi tahap atau dipasang dengan system incremental launching.
Konstruksi jembatan beton prategang segmental dapat mencapai panjang bentang 800 ft yaitu 250 meter atau bentang seri 1000 ft yaitu 300 meter. Bila digunakan dlam jembatan cable stayed jarak bentang dapat mencapai 1500 ft yaitu 450 meter.
5)  Jembatan Komposit (Composite Bridge)



jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik.
Jembatan komposit yang umum digunakan adalah kombinasi antara bahan konstruksi baja dengan beton bertuang, yaitu dengan mengkombinasikan baja sebagai deck (gelagar) dan beton bertulang sebagai plat lantai jembatan.



6)  Jembatan Bambu


Merupakan jembatan sederhana yang materialnya terbuat dari bamboo, seperti yang sudah saya tulis pada jembatan dengan material kayu, jembatan ini cukup dikenal oleh manusia dan banyak dijumpai, pembuatanya juga tidak memerlukan perlatan modern sehingga mudah dirancang oleh manusia dengan peralatan yang seadanya contohnya dibuat seperti anyaman, jembatan dengan material bambu digunakan pada jembatan pendek dan tidak terlalu panjang.
7)  Jembatan Pasangan Batu Kali/Bata



Jembatan jenis ini seluruh struktur baik srtuktur atas dan struktur bawah dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah yang merupakan jenis jembatan dengan system gravitasi yang kekuatanyamengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari jembatan ini sebagian besar berbentuk struktur lengkung dibagian bentang yang harus menahan beban utama.






KARAKTERISTIK PESAWAT UDARA T5

di susun oleh moh. syafril imam PESAWAT UDARA Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersa...