“BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI
RAGAMNYA”
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. MOH.
SYAFRIL IMAM 416110090
2. NORMA YUNITA 416110094
3. ANNA MULIYANA 416110067
4. BUDIMAN 416110072
5. HAMZAH 416110075
KELAS
: TEKNIK SIPIL. 1C.
DOSEN : Dra. TITIN UTARI. Mpd.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MATARAM
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul bahasa indenesia dengan berbagai ragam,.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, juga kepada
keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya.Kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang
telah mendukung dalam pembuatan makalah ini, terutama pada dosen pengampu matakuliah bahasa indonesia.
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia tentang bahasa Indonesia dengan berbagai
ragamnya dan semoga dapat menjadi media pembelajaran bagi penyusun sendiri dan
teman-teman siswa yang lainnya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
penyusanan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca.
Mataram, 20
Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa indonesia perlu dipelajari
oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi
semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa
Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan
variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada
ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa
lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
ngobrol, puisi, pidato, ceramah, dll.
Pidato sering digunakan dalam
acara-acara resmi. Misalkan saja pidato presiden, pidato dari ketua OSIS,
ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah
dipahami betul-betul.Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang
benar. Pidato sama halnya dengan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas
tentang keagamaan,kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak
acara.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
- Pengertian ragam bahasa.
- Macam-macam ragam bahasa.
- Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
- Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang
penutur.
- Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan
6. Ragam Bahasa
Berdasarkan Waktu
7. Ragam Bahasa
Berdasarkan Pesan Komunikasi
8. Ragam Bahasa
Dipandang Dari Luas Penyebarannya
9. Ragam Bahasa
Dipandang Dari Dipakainya Sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra
C. Tujuan Makalah
Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk mengetahui tentang ragam bahasa Indonesia dan macam-macam ragam bahasa
Indonesia ditinjau dari media atau sarana yang akan menghasilkan bahasa. Dan
memenuhi tugas bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dibuat makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengerti apa yang
dimaksud ragam bahasa.
2. Mengetahui macam-macam ragam bahasa yang
sering digunakan.
3. Penggunaan ragam bahasa.
4. Contoh-contoh ragam bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia.
Sebuah bahasa penting atau tidak penting dapat dilihat
dari tiga kriteria, yaitu jumlah penutur, luas daerah penyebarannya, dan
terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra, dan budaya.
a. Dipandang Dari Jumlah Penutur
Ada dua bahasa di Indonesia, yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian
besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul atas diri seseorang
adalah bahasa daerah (“bahasa ibu”). Bahasa Indonesia baru dikenal anak-anak
setelah mereka sampai pada usia sekolah (taman kanak-kanak).
Berdasarkan keterangan di atas, penutur bahasa
Indonesia yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu” tidak besar
jumlahnya. Mereka hanya terbatas pada orang-orang yang lahir dari orang tua
yang mempunyai latar belakang bahasa daerah yang berbeda, sebagian orang yang
lahir di kota-kota besar, dan orang-orang yang mempunyai latar belakang bahasa
Melayu. Dengan demikian, kalau kita memandang bahasa Indonesia sebagai “bahasa
ibu”, bahasa Indonesia itu tidak penting. Akan tetapi, pandangan kita tidak
tertuju pada masalah “bahasa ibu”. Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah
penutur yang memberlakukan bahasa Indonesia sebagai “bahasa kedua”. Data ini
akan membuktikan bahwa penutur bahasa Indonesia adalah 210 juta orang (2000)
ditambah dengan penutur-penutur yang berada di luar Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa bahasa Indonesia amat penting kedudukannya di kalangan masyarakat.
b. Dipandang Dari Luas Penyebarannya
Penyebaran suatu bahasa tentu ada hubungannya dengan
penutur bahasa itu. Oleh sebab itu, tersebarnya suatu bahasa tidak dapat
dilepaskan dari segi penutur.
Penutur bahasa Indonesia yang berjumlah 210 juta lebih
itu tersebar dalam daerah yang luas yaitu dari Sabang sampai Merauke. Keadaan
daerah penyebaran ini akan membuktikan bahwa bahasa Indonesia amat penting
kedudukannya di antara bahasa-bahasa dunia.
c. Dipandang Dari Dipakainya Sebagai Sarana Ilmu, Budaya,
dan Sastra
Tentang susastra, bahasa Kerinci kaya dengan macam dan
jenis susastranya walaupun hanya susastra lisan. Susastra Kerinci telah
memasyarakat ke segenap pelosok daerah Kerinci. Dengan demikian, bahasa Kerinci
telah dipakai sebagai sarana dalam susastra.
Tentang budaya, bahasa Kerinci telah dipakai pula
walaupun hanya dalam berkomunikasi, bertutur adat, bernyanyi, berpantun dan
sebagainya.
Tentang ilmu pengetahuan, bahasa Kerinci belum mampu
memecahkannya. Jika hendak menulis surat, orang-orang Kerinci memakai bahasa
Indonesia, bukan bahasa Kerinci. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Kerinci belum
mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana ilmu.
Ketiga hal di atas – sarana ilmu pengetahuan, budaya,
dan susastra–telah dijalankan oleh bahasa Indonesia dengan sangat sempurna dan
baik. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting.
B. Pengertian Ragam Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam
berbagai keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah
yang dinamakan ragambahasa.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa
yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik, yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan),
di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor,
atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi
tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
C. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia ragam
lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis
(huruf). Pendapat ini tidak dapat dibenarkan seratus persen sebab tidak semua
ragam lisan dapat dituliskan; sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat
dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam
tulis.
Kedua ragam itu berbeda,
perbedaannya adalah sebagai berikut:
1.
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada
di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman
bicara berada di depan.
Di dalam ragam lisan unsur-unsur
fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh
bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan,
atau intonasi. Contoh : Orang yang berbelanja di pasar.
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam tulis perlu lebih terang dan
lebih lengkap daripada ragam lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena
ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara.
Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang “diajak bicara” mengerti
isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah,
dan surat kabar. dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya
akan berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam
suatu ruang diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang
berada di luar ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi,
ruang, dan waktu.
2. Ragam lisan dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis
dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa
Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
a. Ragam Lisan
1) Penggunaan Bentuk
Kata
- Kendaraan
yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
- Bila
tak
sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
2) Penggunaan
Kosakata
- Saya
sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
- Mereka
lagi bikin denah buat pameran entar.
3) Penggunaan
Struktur Kalimat
- Rencana
ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
b. Ragam Tulis
1. Penggunaan Bentuk
Kata
- Kendaraan
yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
- Apabila
tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan
itu.
2. Penggunaan
Kosakata
- Saya
sudah memberi tahu mereka tentang hal itu .
- Mereka sedang
membuat denah untuk pameran nanti.
3. Penggunaan
Struktur Kalimat
- Rencana
ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
D. Ragam
Baku dan Tidak Baku
Pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri
pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan
sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Kemantapan Dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kita
berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas
merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.
2. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku
dipakai pada tempat-tempat resmi. Perwujudan ragam baku ini adalah
orang-orang yang terpelajar. Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat
memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis.
3. Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses
pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan
bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.
E. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan
resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah
sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan
dengan menerbitkan dan menertibkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang
tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Demikian pula, pengadaan Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan pengadaan Kamus
Besar Bahasa Indonesia merupakan pula usaha ke arah itu.
Bagaimana dengan masalah ragam baku lisan? Ukuran dan
nilai ragam baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah
yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dapat dikatakan berbahasa lisan yang
baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau
dialek daerahnya.
F. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma
dan kaidahnya di dasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau
persahabatan dua orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga
ragam profesional, adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga
dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.
1. Ragam
Keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengelola informasi. Berjuta-juta
fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari
lagi apabila diperlukan.
2. Ragam Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes
inspidus dan diabetes mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan
hormon antidiuretik (antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh
kelenjar pituitaria yang berada di dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine
terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus yang kurang adalah hormon
insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati.
3. Ragam Keagamaan
Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia
berdiri menghadap Tuhan semesta alam.
Ragam bahasa Indonesia dari cara pandang
penutur.
Ada dua bahasa di Indonesia,yaitu
Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah.Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua
bagi sebagian besar wargam bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul
atas diri seseorang adalah Bahasa Daerah (”bahasaibu”).Bahasa Indonesia baru
dikenal anak-anak setelah mereka sampai pada usia sekolah (Taman Kanak-kanak).
Berdasarkan keterangan di atas, penutur Bahasa Indonesia sebagai”bahasa ibu”
tidak besar jumlahnya. Kalau kita memandang Bahasa Indonesia sebagai
“bahasa ibu”,Bahasa Indonesia itu tidak penting. Akan tetapi, pandangan kita
tidak tertuju pada masalah “bahas aibu”.Jumlah penutur yang dimaksud adalah
jumlah penutur yang memberlakukan Bahasa Indonesia sebagai “bahasa kedua”.Hal
ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia amat penting kedudukannya dikalangan
masyarakat Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa indonesia terdiri
dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi.
Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri
dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial,
ragam kedokteran dan ragam sastra.
Ragam hukum
: Dia dihukum karena melakukan
tindak pidana.
Ragam bisnis
: Setiap pembelian
diatas nilai tertentu akan diberikan diskon.
Ragam sastra
: Cerita itu menggunakan Flashback.
Ragam kedokteran : Anak
itu menderita penyakit kuorsior.
G. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Pengertian benar pada suatu kata atau suatu kalimat
adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa. Sebuah kalimat atau
sebuah pembentukan kata dianggap benar apabila bentuk itu mematuhi
kaidah-kaidah yang berlaku. Di bawah ini akan dipaparkan sebuah contoh.
1. Kuda makan rumput
Kalimat ini benar karena memenuhi kaidah sebuah
kalimat secara struktur, yaitu ada subjek (kuda), ada predikat
(makan), dan ada objek (rumput). Kalimat ini juga memenuhi kaidah sebuah
kalimat dari segi makna, yaitu mendukung sebuah informasi yang dapat dimengerti
oleh pembaca. Lain halnya dengan kalimat di bawah ini.
2. Rumput makan kuda
Kalimat ini benar menurut struktur karena ada subjek
(rumput), ada predikat (makan), ada objek (kuda). Akan tetapi,
dari segi makna, kalimat ini tidak benar karena tidak mendukung makna yang
baik.
Sebuah bentuk kata dikatakan benar kalau
memperlihatkan proses pembentukan yang benar menurut kaidah yang berlaku.
Pengertian “baik” pada suatu kata (bentukan) atau
kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari pilihan kata (diksi). Dalam suatu
pertemuan kita dapat memakai kata yang sesuai dengan pertemuan itu sehingga
kata-kata yang keluar atau dituliskan itu tidak akan menimbulkan nilai rasa
yang tidak pada tempatnya.Sebagai simpulan, yang dimaksud dengan bahasa yang
benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang
dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang
tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, orang yang
dibicarakan, serta menurut media pembicaraan.Dalam konteks ini ragam bahasa
meliputi bahasa lisan dan tulisan.
Ragam baku
dan Tidak baku, yaitu Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
norma ragam baku.
Pada ragam bahasa baku tulis
diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta menggunakan ejaan bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan ragam
bahasa lisan diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai
bahasa dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.
Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai salah satu rujukan bagi mahasiswa dan pihak lain dalam proses memahami
lebih dalam mengenai kaidah-kaidah bahasa Indonesia, yang terpenting adalah
tentang betapa pentingnya bahasa bagi suatu negara.
Dan
juga semoga tidak hanya berhenti sampai disini saja perjuangan kita dalam
membudayakan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia secara benar.
DAFTAR
PUSTAKA
https://thoieb.wordpress.com/2010/11/25/bahasa-indonesia-dengan-berbagai-ragamnya/